Bursa Efek Indonesia Transaksi di Negara Indonesia

Bursa Efek Indonesia (BEI) menangani transaksi efek di negara Indonesia. Tujuan utama BEI adalah menyediakan infrastruktur untuk memungkinkan perdagangan efek yang tertib, adil dan efisien. BEI mencatat rekor jumlah investor pada 2019 dan memiliki lebih dari 650 listing perusahaan.

POIN PENTING

  • Bursa Efek Indonesia (BEI) menangani transaksi efek di negara Indonesia.
  • Tujuan utama BEI adalah menyediakan infrastruktur untuk memungkinkan perdagangan efek yang tertib, adil dan efisien.
  • Di tahun 2019, BEI berhasil mendongkrak jumlah dan partisipasi investor yang mencatatkan rekor baru selama 27 tahun bursa.
  • BEI mengalami peningkatan kuantitas dan kualitas emiten menjadi 668 per akhir 2019.

Pengertian Bursa Efek Indonesia (BEI)

BEI juga dikenal sebagai “Bursa Efek Indonesia” dalam bahasa lokalnya, berkantor pusat di Jakarta, Indonesia. BEI dibentuk sebagai hasil merger antara BES (Bursa Efek Surabaya) dan BEJ. Hingga 2019, tercatat 656 perusahaan di BEI.

Bursa Efek Indonesia, seperti BEJ, memanfaatkan Indeks Harga Saham Gabungan dan Jakarta Islamic Index (JII) sebagai indeks saham utama. BEI juga melakukan pengawasan terhadap masing-masing indeks yaitu Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan, Indeks Harga Saham Sektor, dan Indeks LQ 45.

Pada tahun 2011, BEI meluncurkan indeks baru yang disebut dengan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). ISSI terdiri dari 214 saham. Semua stok disaring oleh Majelis Ulama Indonesia. Pada 2019, Bursa Efek Indonesia mengalami peningkatan jumlah investor sebesar 53% seiring dengan peningkatan rata-rata nilai transaksi harian lebih dari 7%.

BEI beroperasi dengan fokus pada penyediaan infrastruktur untuk memungkinkan perdagangan yang efisien, adil, metodis, dan sesuai hukum.

Memahami Bursa Efek Indonesia (BEI)

BEI dibentuk dengan merger Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). BEJ adalah bursa saham pertama di Indonesia yang didirikan pada tahun 1912 untuk kepentingan Perusahaan Hindia Timur Belanda. Bursa Efek Jakarta ditutup selama sebagian Perang Dunia I dan II. Ketika dibuka kembali pada tahun 1952, satu-satunya jaminan yang dipertukarkan adalah obligasi pemerintah Indonesia. Pertukaran menjadi tidak aktif dari 1956-1977, dan meskipun diaktifkan kembali pada tahun 1977, aktivitas perdagangan terus melambat, dengan hanya beberapa lusin perusahaan yang terdaftar.

Perubahan peraturan yang diberlakukan antara 1988 dan 1992 meningkatkan aktivitas perdagangan. Bursa tersebut memperkenalkan sistem perdagangan otomatisnya pada tahun 1995 dan mulai menerapkan perdagangan jarak jauh pada tahun 2002. Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta bergabung dengan Bursa Efek Surabaya untuk membentuk Bursa Efek Indonesia. Pada Mei 2018, bursa memperbarui sistem perdagangannya dan membuat pusat data baru.

Pasar negara berkembang seperti Indonesia memiliki risiko tambahan tersendiri bagi investor. Pasar negara berkembang umumnya tidak memiliki tingkat  efisiensi pasar  dan standar yang ketat dalam akuntansi dan peraturan sekuritas agar setara dengan  negara maju  (seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang), tetapi pasar negara berkembang biasanya memiliki infrastruktur fisik keuangan  , termasuk bank, bursa saham, dan mata uang terpadu.

Sejarah BEI

BEI pertama kali dibuka pada tahun 1912, saat Indonesia masih menjadi jajahan Belanda. Bursa mengalami banyak penutupan selama Perang Dunia Pertama dan Kedua dan secara resmi dibuka kembali pada tahun 1977. Bursa tersebut dikelola oleh “Badan Pengawas Pasar Modal atau Bapepam”, yang merupakan badan pengawas pasar modal. “Bapepam” melapor ke Kementerian Keuangan di Indonesia.

Aktivitas perdagangan dan kapitalisasi pasar secara keseluruhan mengalami peningkatan sehubungan dengan sektor swasta dan perkembangan pasar keuangan negara tersebut. Pada tahun 1992, di bawah kepemilikan Jakarta Exchange Inc., Bursa Efek Jakarta diprivatisasi. Privatisasi BEJ menyebabkan perubahan fungsi “Bapepam”, yang kemudian menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Pada tahun 1995, BEJ meluncurkan sistem perdagangan otomatis yang disebut Jakarta Automated Trading System atau JATS.

Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta bergabung dengan Bursa Efek Surabaya dan membentuk BEI.

Perkembangan Bursa Efek Indonesia

BEI berupaya untuk menjadi bursa saham kelas dunia yang kredibel dan diakui. Dalam laporan tahunannya tahun 2019, tujuan strategis BEI adalah sebagai berikut:

  • Menjadi pusat perdagangan sekuritas dan pendukung pasar modal Indonesia
  • Meningkatkan jumlah anggota bursa dan partisipasi investor
  • Peningkatan kualitas dan kuantitas emiten
  • Lanjutkan peningkatan pembangunan infrastruktur bursa

Di tahun 2019, BEI berhasil mendongkrak jumlah dan partisipasi investor yang mencatatkan rekor baru selama 27 tahun bursa. BEI melihat peningkatan kuantitas dan kualitas emiten, termasuk mencatat jumlah listing perusahaan terbesar di ASEAN. The Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) adalah kelompok 10 negara di Asia Tenggara yang bekerja sama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan budaya. Selain Indonesia, beberapa negara ASEAN lainnya antara lain Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.

Jumlah emiten hingga akhir 2019 mencapai 668. Bursa terus berkembang dengan menambah 14 reksa dana baru yang diperdagangkan di bursa (ETF) dan 75 sekuritas baru. Juga, obligasi korporasi baru dan REIT atau Dana Investasi Real Estate telah ditambahkan. REIT mengumpulkan uang investor untuk berinvestasi di properti komersial dan mengumpulkan uang sewa.

Pada 2019, bursa mengalami peningkatan 53% dalam jumlah investor dari 2018 dengan lebih dari 7% kenaikan rata-rata nilai transaksi harian. Secara keseluruhan, likuiditas juga membaik dengan peningkatan rata-rata volume transaksi harian sebesar 37,59%.

Indeks Saham Utama BEI

Indeks pasar saham utama yang digunakan untuk melaporkan dan memperkirakan variasi nilai dalam kelas atau pengelompokan saham adalah Jakarta Islamic Index (JII) dan JSX Composite. IHSG kini dikenal sebagai IHSG dan berfungsi sebagai indeks untuk saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Per Maret 2016, 532 perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Jakarta Islamic Index, atau JII, dimulai pada tahun 2002 sebagai tolok ukur untuk memperkirakan variasi pasar berdasarkan Syariah atau Hukum Islam . Pada tahun 2004, ada sekitar 30 saham yang tercatat di Jakarta Islamic Index.

Macam Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Jakarta (BESJ)

Bursa Efek Jakarta (JKSE) adalah sebuah bursa efek di Jakarta, Indonesia. Di Indonesia, bursa itu disebut “Bursa Efek Jakarta” atau BEJ. Bursa tersebut kemudian bergabung dengan Bursa Efek Surabaya. Yang pada akhirnya membentuk Bursa Efek Indonesia atau BEI.

Bursa Efek Surabaya (BES)

Bursa Efek Surabaya (BES) atau “Bursa Efek Surabaya (BES)” di Indonesia adalah bursa efek yang dibuka pada tahun 1989 dengan hanya 36 pemegang saham. Tujuan utama pendirian BES adalah untuk memberikan dukungan kepada pemerintah Indonesia terkait pasar modal dan peningkatan ekonomi. BES kemudian bergabung dengan BEJ untuk membentuk BEI. BES memperdagangkan berbagai instrumen dan produk, seperti saham / ekuitas, obligasi, dan derivatif.

Perusahaan kamu pasti bisa lebih maju dan sukses dengan melakukan partnership atau menjalankan usaha di bidang BEI ini, karena bisa mendapatkan modal secara maksimal,

Nah, kamu sudah tahu juga belum, kalau kesuksesan usaha kamu juga didukung dengan laporan keuangan yang baik dan akurat bahkan untuk mendapatkan investor?

BUMS

Karena itu, untuk semua pencatatan laporan keuangan usaha kamu, serahkan semuanya di aplikasi JojoExpense dari Jojonomic ini!

Dijamin semua laporan keuangan kamu bisa lebih teratur, lengkap, dan akurat. Soal keamanan? tidak diragukan lagi!