6 Penyebab Konflik Karyawan yang Rawan Menurunkan Produktivitas

Produktivitas merupakan sesuatu yang menjadi concern oleh banyak perusahaan. Ini karena setiap  peningkatan produktivitas akan mendorong peningkatan income dan laba. Oleh karena itu, perusahaan selalu berusaha menghindari penurunan tingkat produksi ini. Termasuk di dalamnya menghindarkan konflik karyawan yang rawan menurunkan produktivitas.

Konflik memang sesuatu yang lumrah terjadi dalam kehidupan manusia, termasuk dalam dunia kerja. Setiap konflik memiliki potensi untuk berkembang menjadi sebuah solusi yang positif. Namun, tak jarang juga yang justru berefek negatif. Negatifitas ini membuat konflik karyawan menjadi bersifat destruktif.

Untuk itu, perusahaan perlu memonitor, bahkan jika perlu, mengatur bagaimana konflik tersebut terjadi dan diselesaikan. Paling tidak, ada 6 penyebab konflik karyawan yang rawan menjadi destruktif.

  • Isi form berikut ini untuk mendapatkan demo gratis aplikasi HRIS hari ini.
  • This field is for validation purposes and should be left unchanged.

1.      Buruknya Komunikasi

Komunikasi merupakan satu hal yang sangat penting dalam mewujudkan sebuah kerjasama yang baik. Hal ini berlaku di dalam hubungan pribadi maupun di dunia kerja. Seringkali konflik menjadi mengemuka bukan karena perbedaan ideologi dan prinsip dasar, tapi karena buruknya komunikasi.

Paling tidak, ada 3 alasan mengapa komunikasi antarkaryawan dapat berjalan dengan buruk.

  1. Informasi yang diberikan tidak utuh. Ini menyebabkan pihak yang menerima informasi tidak memiliki gambaran keseluruhan gagasan dari si pemberi. Solusinya, pemberi harus membiasakan untuk memberi penjelasan secara lengkap.
  2. Semua pihak terburu-buru dalam berkomunikasi. Kesalahan ini bersifat resiprokal sehingga menuntuk perbaikan dari pihak pemberi atau penerima informasi.
  3. Media komunikasi mengalami masalah. Hal ini merupakan di luar dari kesalahan manusianya. Eror tersebut harus dikoreksi dengan memperbaiki media penyampaian informasinya.

Jika kesalahan dalam proses pemindahan informasi ini disebabkan oleh human error, maka pelaku harus menerima latihan dan pembinaan. Sedangkan, jika kesalahan ini akibat teknis dari media, perusahaan harus menyediakan tenaga ahli untuk memperbaikinya. Dengan demikian, konflik karyawan yang rawan destruktif akibat miskomunikasi dapat dihindari.

konflik karyawan yang rawan
business people conflict working problem, angry boss argue scream to colleague businessmen and women serious argument negative emotion discussing report meeting at outdoors cafe during the lunch.

2.      Kepribadian yang Berbeda

Sampai saat ini, kepribadian masih menjadi bahasan, apakah termasuk nature atau nurture. Bisakah kepribadian seseorang dirubah dengan pendidikan dan pelatihan, atau akan terus sama karena sudah jadi bawaan. Meskipun begitu, konflik karena perbedaan kepribadian memang menjadi salah satu yang paling sering terjadi di dunia kerja.

Orang dengan kepribadian sanguinis, mungkin akan menemui masalah jika bekerja sama dengan koleris. Namun, seorang koleris kuat jika dipasangkan dengan pleghmatis yang damai, akan mudah untuk bekerja sama. Begitu juga untuk tipe-tipe kepribadian yang lain.

Yang perlu dipahami, perusahaan sering tidak terlalu mempermasalahkan mengenai kepribadian. Penempatan karyawan biasanya lebih merupakan keputusan teknis yang memperhatikan keterampilan dan kemampuan seseorang. Oleh karena itu, dalam mengelola konflik karyawan yang rawan akibat kepribadian, sangat tergantung kepada individu masing-masing.

Untuk itu, akan lebih baik bagi perusahaan untuk menentukan nilai dan membangun kultur kerja yang stabil di perusahaan. Dengan demikian, tidak masalah kepribadian apa saja yang karyawan miliki, karena ada kompas yang harus diikuti.

Selain itu, untuk meminimalisir konflik kerja karena kepribadian, perusahaan perlu memberikan pelatihan mengenai kepribadian. Dengan demikian, karyawan dapat saling mengerti satu dengan yang lain. Selama tidak ada nilai-nilai dan budaya perusahaan yang dilanggar, hal itu tak perlu dipermasalahkan.

  • Isi form berikut ini untuk mendapatkan demo gratis aplikasi HR Suites hari ini.
  • This field is for validation purposes and should be left unchanged.

3.      Perbedaan Prinsip Dasar dan Nilai yang Dianut

Kita semua memahami bahwa Indonesia terbentuk dari beragam suku, agama, dan golongan. Persatuan menjadi sesuatu yang penting, tapi tidak bisa dipaksakan. Dalam dunia kerja, keberagaman ini membawa warna yang cukup menggembirakan, namun juga memyimpan kecemasan.

Setiap suku, agama, atau golongan, biasanya memiliki prinsip dan nilai yang merupakann kekhasan bagi mereka. Satu hal yang mungkin bagi satu kelompok dianggap biasa, bisa jadi sangat sensitif bagi kelompok yang lain. Untuk itulah, perusahaan perlu melakukan upaya untuk menjaga persatuan dan mengelola perbedaan.

Seiring kemajua teknologi, saat ini orang dapat dengan mudah mengetahui tentag budaya dan nilai-nilai kelompok lain. Sekali lagi, perusahaan harus telah menentukan nilai-nilai dasar yang universal dalam dunia kerja. Misalnya seperti: kedisiplinan, tepat waktu, kerja keras, dan sebagainya.

Perusahaan juga perlu memahami hal-hal yang bersifat sensitif bagi para karyawan sesuai latar belakang mereka. Selain itu, perusahaan tidak boleh memaksakan kebijakan yang tidak bersifat prinsipil kepada karyawannya. Dengan demikian, ini akan membantu mengurangi konflik karyawan yang rawan terjadi di perusahaan.

konflik karyawan yang rawan4.      Sistem Organisasi yang Buruk

Mengelola perusahaan membutuhka kemampuan, pengetahuan, dan wawasan yang luas. Ini karena perusahaan dapat mempekerjakan hingga ratusan atau ribuan orang. Mengatur jumlah sebanyak itu membutuhkan sistem yang terorganisir dengan baik. Apalagi dengan banyaknya lapisan-lapisan manajemen dalam perusahaan tersebut.

Kesalahan dalam pengorganisasian bisa berupa penempatan karyawan yang tak sesuai keterampilan. Bisa juga berupa deskripsi pekerjaan yang saling menyilang dan tumpang tindih. Alur dan proses kerja menjadi terhambat sehingga perusahaan tidak bisa berjalan secara optimal.

Untuk hal ini, sejak awal perusahaan harus sudah mendesain tugas, wewenang, dan hak masing-masing jabatan. Dengan demikian, perusahaan dapat menempatkan karyawan sesuai dengan keterampilan yang mereka miliki. Ini juga menghalangi kemungkinan terjadinya overlapping dan tumpang-tindih pekerjaan.

Memiliki sistem organisasi yang jelas dapat menghindari konflik karyawan yang rawan terjadi. Ini juga memberikan kesempatan karyawan untuk meningkatkan jenjang karir mereka. Akhirnya, karyawan menjadi termotivasi dan produtivitasnya meningkat.

5.      Kompetisi Antarkaryawan

Kompetisi juga merupakan sebuah bentuk konflik karyawan yang rawan terjadi. Meskipun begitu, kompetisi sebenarnya merupakan konflik yang perlu. Oleh karena itu, perusahaan bahkan dengan sengaja menciptakan kompetisi  untuk meningkatkan produktivitas karyawan tersebut.

Yang harus diwaspadai adalah ketika terjadi kompetisi tidak sehat. Tanda kompetisi tidak sehat yaitu pelaku (kompetitor) lebih berfokus pada upaya menurunkan nilai kompetitor lain. Padahal, seharusnya setiap orang berusaha meningkatkan nilai dirinya sendiri. Ketika terjadi kompetisi tidak sehat, akan menyebabkan menurunnya semangat berkompetisi.

Untuk itu, perusahaan perlu bersikap fair dan adil. Apresiasi hanya diberikan kepada kompetitor yang jujur dan menjunjung nilai-nilai perusahaan. Dengan demikian, iklim kompetitif akan mendorong perusahaan untuk tumbuh. Jika tidak, perusahaan akan menciptakan konflik  karyawan yang rawan bersifat destruktif.

konflik karyawan yang rawan6.      Masalah Pribadi

Karyawan bukan mesin. Mereka juga memiliki pemikiran, harapan, dan masalah. Ketika masalah itu datang, ada kalanya mereka tidak mampu mengatur dirinya sehingga menyebabkan konflik karyawan yang rawan.

Untuk itu, perusahaan harus mampu menyediakan dukungan bagi karyawannya. Termasuk, apabila karyawannya memerlukan pendampingan dari dokter atau psikolog. Dengan demikian, karyawan akan dapat kembali produktif, dan perusahaan dapat mengelola konflik karyawan yang rawan.

Flexibilitas dengan JojoTimes sebagai kompenasiMengelola SDM adalah Mengelola Konflik

Untuk mengelola SDM dengan baik, perusahaan membutuhkan sistem yang mampu mengakomodasi hal tersebut. Salah satu yang terbaik adalah dengan JojoTimes. Aplikasi ini dapat mengumpulkan data kinerja karyawn dan menyusun laporannya dengan ringkas dan mudah. Coba demo gratisnya di sini agar Anda dapat mengelola konflik karyawan yang rawan.