Social Enterprise itu Apa? Simak penjelasannya!

Social enterprise atau wirausaha sosial adalah sebuah organisasi atau perusahaan yang menggunakan strategi komersial untuk meningkatkan kesejahteraan finansial, sosial, dan lingkungan—untuk memaksimalkan profit sekaligus dampak baik bagi setiap elemen yang terlibat di dalam usahanya.

Lantas, mengapa social enterprise perlu dilirik secara lebih serius dari social cause? Salah satu yang paling jelas adalah perihal kesinambungan atau sustainability. Social cause, yang biasanya digagas secara spontan, lebih banyak mengandalkan penggalangan dana dari donatur dan aksi sukarela untuk menjalankan misinya.

Tapi, ada dua kemungkinan yang timbul dari hal ini: ketergantungan dan keberlangsungan.

Ketergantungan bisa disimak lewat pertanyaan ini: Jika tak ada lagi donatur yang mau menyumbang atau tenaga sukarela yang mau bekerja, apakah social cause kita masih bisa berjalan? Sementara itu, keberlangsungan terkait langsung kepada kemampuan penggagas social cause untuk terus mendukung, mendanai, dan menjalankan misinya. Sampai seberapa jauh dan seberapa lama penggagas social cause mampu melakukan hal ini—apalagi jika mereka masih menyambi misi sosial mereka dengan pekerjaan lain yang menghasilkan?

Di lain sisi social enterprise juga berbeda dari badan sosial lainnya di Indonesia. Dan salah satu poin perbedaannya pun bisa dilihat dari sumber dana yang digunakan. Meskipun keuntungan bukan motivasi utama, namun  pendapatan masih memainkan peran penting dalam keberlangsungan bisnis ini. Social enterprise mendapatkan dana sosialnya dari pemasaran yang dilakukan. Sementara badan sosial lebih mengandalkan dana dari luar dalam bentuk sumbangan atau hibah untuk mencapai misi sosialnya.

Mungkin Anda masih bertanya, lalu apakah social enterprise bisa disebut sebagai program corporate social responsibility? Tidak, keduanya tetap berbeda. Corporate Social Responsibility atau lebih sering disingkat dengan CSR merupakan aksi timbal balik yang diberikan kepada sekelompok masyarakat atas izin, bantuan serta usaha yang diberikan. Hal ini lebih kepada timbal balik setelah masyarakat melakukan sesuatu yang berpengaruh kepada bisnis dan bukan merupakan tujuan utama didirikannya bisnis tersebut.

Jenis-Jenis Social Enterprise

Untuk mengerti lebih jelas bagaimana bentuk-bentuk social enterprise, bisa dilihat dari jenis-jenisnya sebagai berikut.

  • Model Inovasi

Model ini menangani kebutuhan sosial masyarakat melalui inovasi. Bisnis jenis ini biasanya membuat barang-barang teknologi, membuat layanan kesehatan atau pendidikan, memberikan pinjaman khusus untuk usaha kecil atau pihak-pihak tidak mampu yang produktif dan lain sebaginya. Cara lain dari model ini adalah membuat inovasi produk dengan menggunakan bahan-bahan yang tidak membahayakan lingkungan dan bahkan bisa dimanfaatkan kembali untuk jangka panjang. Beberapa contoh model inovasi adalah Nazava Water Filter, Sirtanio Organik Indonesia, BioLite, Grameen Bank, Drink Soma, Kiva dan Fair Phone.

  • Model Ketenagakerjaan

Model yang satu ini bekerja sama dan memberikan manfaat kepada masyarakat dengan memberikan mereka pekerjaan, dikembangkan pengetahuannya dan diberikan upah yang adil. Jenis ini digunakan sebagai solusi kemiskinan dan bisa pula sebagai wadah promosi untuk usaha kecil menengah.

Di Indonesia sendiri model ketenagakerjaan dapat ditemukan pada usaha-usaha yang menggaet pengrajin lokal, memberikan kesempatan bekerja untuk penyandang difabel, memberdayakan wanita desa untuk UKM dan masih banyak lagi. Bisnis-bisnis yang telah berhasil mengadopsi model ini antara lain Du’Anyam, SukkaCitta, Mendekor, Raven + Lily, Krochet Kids, Divine Kids dan lainnya.

  • Model Memberikan Kembali

Memberikan sebagian atau seluruh dari hasil penjualan untuk masyarakat merupakan cara yang dijalankan pada social enterprise model ini. Cara lain yang bisa ditempuh pada model ini adalah dengan konsumen membeli produk dan perusahaan memberikan barang yang sama kepada orang-orang yang kurang beruntung. Perusahaan yang menggeluti model ini antara lain Sackcloth And Ashes, TOMS, Skyline Socks, Project 7 dan Better World Books.

Social enterprise sebenarnya menjawab dua tantangan di atas. Lewat social enterprise, semakin baik bisnis berjalan dan semakin besar keuntungan yang didapatkan, semakin baik pula dampaknya bagi penggagas, dan misi baik yang dijalankan!

Dengan social entreprise, kita tak perlu lagi tergantung pada donor atau tenaga sukarela. Perusahaan dengan bisnis yang dijalankan akan menjadi penghasil sekaligus pemutar dana—yang bisa didapatkan dari profit atau keuntungan bisnis.

Sementara itu, setiap orang yang terlibat dalam perusahaan juga akan menjadi staf atau karyawan yang mendapatkan gaji; sehingga mereka dapat bekerja secara profesional. Ini termasuk kita sendiri sebagai penggagas! Tak perlu lagi mencuri waktu di tengah pekerjaan utama untuk menjadi volunteer dan melakukan misi sosial! Sekarang, kegiatan yang biasa dilakukan pada saat volunteer bisa malah menjadi pekerjaan utama yang menghasilkan untuk kita!

Dengan semakin berkembangnya perusahaan berbasis sosial yang kita kembangkan, profit yang semakin besar juga bisa digunakan lebih banyak untuk menyokong misi sosial yang kita emban. Dengan demikian, kesinambungan akan tercapai dan keberlangsungan perusahaan serta misi sosial kita juga akan lebih terjamin.

Pada dasarnya, ada 5 elemen yang perlu hadir dalam sebuah social enterprise.

  • Misi atau dampak sosial
  • Pemberdayaan
  • Prinsip bisnis yang etis
  • Reinvestasi dana untuk misi sosial
  • Kesinambungan

Bagaimana Kita Bisa Memulai Sebuah Social Enterprise?

Memulai social enterprise hampir sama dengan memulai usaha atau membangun perusahaan sendiri—di bidang apapun. Bedanya, biasanya untuk social enterprise kita bisa memulai dengan 5 pertanyaan ini:

Apakah masalah sosial yang membuat kita ingin membangun social enterprise?

Bagaimana proses pemberdayaan yang akan kita lakukan bersama masyarakat untuk mendukung pemecahan masalah sosial tersebut?

Apa saja prinsip bisnis etis yang akan kita implementasikan?

Apakah kita bisa melihat kegiatan ini sebagai sesuatu yang berkelanjutan dalam jangka panjang, atau hanya menjadi proyek idealis saja?

Akan seperti apakah dampak sosial dari social enterprise kita ini?

Nah, jika tertarik mulai membangun social enterprise, coba jawab dulu 5 pertanyaan di atas, lalu mulai pikirkan skema bisnis apa yang bisa kita lakukan—sesuai dengan minat, pengalaman, maupun keahlian yang kita miliki.

Katakanlah, misalnya, salah satu misi sosial yang paling menggerakkan kita adalah masalah sampah plastik konsumsi—yang datang dari berbagai kemasan tak ramah lingkungan ketika kita berbelanja atau membeli sesuatu.

Social enterprise kita bisa berupa perusahaan produsen kemasan ramah lingkungan yang menawarkan alternatif kemasan ramah lingkungan dengan biaya terjangkau bagi brand-brand tertentu.

Semakin banyak klien yang kita dapatkan—yang beralih ke kemasan ramah lingkungan—semakin besar keuntungan yang kita dapatkan, dan semakin sedikit pula sampah plastik yang beredar!

Bertambahnya jumlah klien pun membuat kita semakin gencar memberdayakan berbagai komunitas desa yang selama ini bergerak mencoba mengatasi masalah sampah, dan melatih mereka membuat berbagai kemasan ramah lingkungan untuk berbagai jenis produk.

Semakin banyak anggota komunitas ini yang dapat menghasilkan kemasan ramah lingkungan, semakin banyak pula orang-orang yang dapat bekerja membuat kemasan-kemasan ramah lingkungan untuk memenuhi permintaan klien! Dan mereka pun bisa mendapatkan penghasilan tambahan—atau bahkan pekerjaan tetap untuk memproduksi kemasan-kemasan ini!

Keuntungan yang kita dapatkan dari bisnis ini juga bisa disuntikkan lagi ke dalam berbagai kampanye untuk mengedukasi konsumen perihal brand-brand baik yang sudah beralih ke kemasan ramah lingkungan. Kampanye ini akan menaikkan awareness mengenai produk kemasan ramah lingkungan kita, sekaligus membuat konsumen lebih kritis akan brand-brand yang masih menggunakan kemasan yang merusak lingkungan.

Akibatnya, akan ada semakin banyak permintaan juga dari konsumen—terutama para conscious shoppers—agar brand-brand beralih ke kemasan alternatif yang lebih baik. Semakin banyaknya tekanan ini akan membuat brand-brand juga mulai mencari alternatif kemasan yang ramah lingkungan dengan harga terjangkau.

Artinya? Pasar bagi bisnis yang kita tawarkan semakin terbuka lebar!

Fokuskan tenaga dan waktu berharga Anda pada hal yang benar-benar penting. Serahkan setiap proses pengajuan cash advance dan reimbursement pada JojoExpense dan biarkan prosesnya berjalan otomatis, tanpa kehilangan kendali dengan custom approval flow dan policy. Tidak ada lagi tenaga dan waktu berharga yang terbuang sia-sia.Anda tidak perlu lagi khawatir pada penipuan keuangan. JojoExpense dapat memperingatkan Anda mengenai percobaan penipuan dalam reimbursement dan cash advance, berkat Intelligence OCR dan Real-Time Geotagging. Yuk, mulai gunakan JojoExpense sekarang juga!