Mengelola Turn Over Setelah Lebaran

Turnover setelah lebaran sering terjadi dan dapat membawa konsekuensi yang tidak diinginkan bagi perusahaan. Konsekuensinya bisa bermacam-macam, dan seringnya membuat perusahaan menurun produktivitasnya. Untuk itu, perusahaan perlu memahami cara dan strategi  untuk mengelola kejadian turnover ini.

Sebelumnya, sudahkan Anda memahami tentang turnover setelah lebaran ini? Apa saja penyebab terjadinya? Dampak apa yang mungkin ditimbulkan? Dan, bagaimana cara mengelolanya agar tidak  menurunkan produktivitas perusahaan?

1.      Mengenal Turnover Setelah Lebaran

Istilah turnover merujuk kepada kejadian pindah kerja yang dilakukan karyawan dari satu  perusahaan ke perusahaan lain. Meski keluar masuk karyawan merupakan sebuah hal yang lumrah terjadi, namun turnover dapat membawa dampak buruk. Apalagi, biasanya kejadian turnover setelah lebaran berlangsung dalam jumlah yang besar.

  • Isi form berikut ini untuk mendapatkan demo gratis aplikasi HRIS hari ini.
  • This field is for validation purposes and should be left unchanged.

Oleh karena itu, perusahaan sering merasa ketar-ketir ketika menghadapi momen lebaran. Ini mengingat setelah lebaran marak terjadi fenomena turnover ini. Jika tidak diantisipasi dengan baik, fenomen ini dapat saja membuat persusahaan limbung.

2.      Penyebab Turnover Setelah Lebaran

Membahas penyebab turnover ini memang sesuatu yang menarik, terutama bagi banyak peneliti  di bidang sumber daya manusia. Paling tidak, ada 3 alasan utama (yang bisa dirurunkan lagi ke alasan lainnya) yang mendorong fenomena ini.

1.      Ketidakpuasan Terhadap Perusahaan Lama

Ini adalah penyebab mendasar dari terjadinya turnover setelah lebaran. Karyawan merasa tidak puas terhadap pekerjaan yang telah ia geluti selama ini. Rasa tidak puas ini dapat muncul karena beberapa hal, antara lain sebagai berikut.

  1. Gaji dan insentif yang didapat selama ini kurang mencukupi kebutuhannya. Karena itu, karyawan berusaha untuk mencari lowongan pekerjaan yang membayar lebih besar. Ini merupakan kebutuhan dasar dalam dunia kerja.
  2. Karir karyawan di perusahaan tersebut tidak berkembang. Biasanya kejadian ini terjadi pada karyawan yang masih muda. Ambisi yang besar untuk berkembang dan meraih prestasi membuat mereka selalu mempertimbangkan kemungkinan di masa depan.
  3. Konflik dengan atasan atau rekan kerja. Meski ini bukan termasuk hal prinsipil, kenyataannya hal ini sering terjadi. Beberapa karyawan mungkin mengalami kesulitan dalam mengelola konflik di tempat kerja.

turnover setelah lebaran2.      Mendapat Tawaran Kerja di Perusahaan Lain

Beberapa perusahaan biasanya memahami bahwa setelah lebaran merupakan waktu dengan frekuensi pindah kerja cukup tinggi. Oleh karena itu, perusahaan tersebut sering sudah memata-matai calon karyawan yang menurut mereka berprestasi. Perusahaan akan berusaha untuk membujuk mereka agar bersedia pindah kerja ke tempatnya.

Jika, sebelumnya karyawan tersebut sudah merasa puas di perusahaan lama, ini tentu tidak akan mengubah apa-apa. Namun, jika sebelumnya memang sudah memiliki ketidakpuasan atau kekecewaan, turnover setelah lebaran rawan terjadi. Ini sangat berkaitan dengan penyebab sebelumnya, kekecewaan terhadap perusahaan lama.

3.      Waktu Cuti yang Cukup Panjang

Sekilas mungkin kelihatan tidak berhubungan, tapi jika ditelusuri lebih dalam, ini ada kaitannya. Waktu cuti yang cukup panjang memberikan jeda yang cukup bagi karyawan untuk berpikir ulang tentang karirnya. Kira-kira, berapa banyak karyawan yang menyimpan rasa tidak puas terhadap perusahaan lama? Banyak!

Karyawan-karyawan tersebut mungkin sebelumnya memilih bertahan di perusahaan lama karena berbagai macam sebab. Jika, waktu cuti cukup lama, karyawan tersebut bisa saja memilih untuk meninggalkan perusahaan lama. Waktu cuti cukup  panjang ini juga membuat ia lebih leluasa untuk membicarakan hal  tersebut dengan pasangan atau keluarganya.

turnover setelah lebaran
34331174 – a man in suit in his desk showing a figured signed resignation document
  • Isi form berikut ini untuk mendapatkan demo gratis aplikasi HR Suites hari ini.
  • This field is for validation purposes and should be left unchanged.

4.      Dorongan dari Keluarga dan Tetangga

Memang kedengaran konyol, tapi momen kumpul bersama keluarga besar dapat membawa perubahan besar. Pasti kita sudah memahami bahwa ada banyak pembicaraan saat berkumpul dengan keluarga besar. Salah satunya, bisa saja menyerempet topik pekerjaan. Meski tak disengaja, terkadang itu membangkitkan ketidakpuasan dalam diri  karyawan.

Apalagi jika sudah mulai membanding-bandiingkan prestasi dan pencapaian setiap orang. Anggota keluarga yang merasa karirnya begitu-begitu saja, bisa merasa rendah dan berpikir untuk pindah kerja. Ini mendorong tingkat turnover setelah lebaran cukup tinggi.

3.      Dampak Turnover Setelah Lebaran

Sebagai sebuah fenomena, kejadian ini tentu membawa dampak tertentu terhadap perusahaan. Dampaknya bisa saja positif, tapi bisa jadi negatif. Semua dampak tersebut perlu diantisipasi agar tidak men-downgrade perusahaan.

Positifnya, fenomena pindah kerja setelah lebaran ini bisa menjadi seleksi alam terhadap karyawan. Ini memperjelas loyalitas karyawan, karyawan mana yang senang mengabdi bagi perusahaan dan mana yang tidak. Karyawan yang memang menyimpan ketidakpuasan cenderung produktivitasnya rendah. Dengan mengajukan resign, operasional perusahaan akan lebih efisien.

Negatifnya, fenomena pindah kerja setelah lebaran ini bisa saja membuat perusahaan limbung sesaat. Apalagi jika jumlahnya cukup signifikan. Perusahaan tentu butuh waktu untuk mendapatkan lagi pekerja baru, termasuk menemukan yang performanya setara. Jika tidak ketemu, produktivitas perusahaan dapat saja menurun untuk beberapa lama.

turnover setelah lebaran

4.      Mengelola Fenomena Turnover Setelah Lebaran

Untuk menghindari kemungkinan dampak yang tidak diinginkan, perusahaan perlu mengelola kejadian ini. Paling tidak, ada 3 hal yang dapat perusahaan lakukan untuk mengendalikan fenomena tersebut.

1.      Gaji dan Insentif yang Pantas

Tidak dapat dipungkiri, ini adalah pertimbangan utama ketika karyawan memutuskan untuk bekerja. Kriteria pantas dapat dilihat dari sudut pandang UMR, UMK, dan lainnya. Untuk itu, perusahaan perlu memantau nilai UMR dan UMK yang ditetapkan pemerintah.

Perusahaan juga perlu untuk memperhatikan gaji dan insentif dari kompetitor agar karyawan tidak mudah berpaling.

2.      Sistem Apresiasi yang Jelas

Perusahaan harus tegas dan jelas dalam menerapkan apresiasi, termasuk di dalamnya reward and punishment. Ini memberikan kepastian dan keadilan yang membuat karyawan memiliki budaya kerja dan disiplin yang baik.

3.      Menyediakan Pendidikan dan Pelatihan

Tidak semua karyawan hanya memperhatikan gaji atau kompensasi finansial dalam pekerjaannya. Ada juga karyawan yang idealis, dan atau ambisius. Keduanya membutuhkan fasilitas untuk bertumbuh dan berkembang. Disini, perusahaan perlu menyediakan pendidikan, pelatihan, dan jenjang karir yang jelas.

4.      Menyediakan Lingkungan Kerja yang Kondusif

Seringkali, karyawan bertahan  karena ia merasa sudah menemukan keluarga keduanya di perusahaan. Dengan jumlah waktu yang dihabiskan mencapai 40 jam per minggu, rekan kerja tentu dapat dianggap seperti keluarga kedua. Jika lingkungan kerja sering menimbulkan konflik dan tidak kondusif, karyawan dapat saja memilih meninggalkan perusahaan.

Mengelola Turnover dengan Manajemen SDM

Untuk mampu melakukan pengelolaan terhadap fenomen turnover setelah lebaran ini, perusahaan perlu mengatur SDM dengan tepat. Salah satu cara terbaik adalah dengan menggunakan JojoTimes.

Flexibilitas dengan JojoTimes sebagai kompenasiAplikasi ini dilengkapi fitur tercanggih untuk mengelola SDM. Penyusunan laporan sebagai dasar pembuatan kebijakan pun dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Coba saja demo gratisnya di sini. Dan pastikan, turnover setelah lebaran tidak lagi sesuatu yang merisaukan.