X
    Categories: Marketing

Memahami dan Menerapkan Co-branding Strategy

Ketatnya persaingan di berbagai industri membuat para pelaku industri harus berhadapan dengan beragam tantangan dalam membangun merek. Mulai dari kategori produk yang penuh dengan pemain, hingga persaingan harga. Maraknya kemunculan produk baru tanpa inovasi dan diferensiasi membuat konsumen malah kebingungan saat akan mengambil keputusan. Ketiadaan hubungan antara marketer dengan konsumen semakin menurunkan nilai merek di mata konsumen. Untuk mengatasi kondisi tersebut, para pelaku industri bersama-sama menyusun Co-branding Strategy efektif.

Segala macam usaha pun dilakukan, mulai dari mengadakan promosi untuk menarik pelanggan, memperbarui positioning, hingga menawarkan sub-brand ke pasar. Salah satu strategi yang dianggap mampu memberikan diferensiasi pada produk sekaligus menarik perhatian konsumen ialah co-branding.

Apa yang dimaksud dengan Co-branding?

Co-branding merupakan strategi pemasaran yang memanfaatkan beberapa nama merek pada barang atau jasa sebagai bagian dari aliansi strategis. Strategi ini juga dikenal sebagai brand partnership. Co-branding mencakup beberapa jenis kolaborasi merek yang melibatkan setidaknya dua merek perusahaan. Setiap merek dalam aliansi berusaha menunjukkan identitas diri untuk menciptakan merek yang menyatu melalui logo, pengenal merek, dan skema warna.

Poin penting dalam co-branding ialah menggabungkan kekuatan pasar, merek, serta asosiasi positif agar tidak mudah diikuti oleh pesaing. Bagi sebagian besar perusahaan, co-branding merupakan strategi untuk menemukan sinergi berdasarkan kekuatan dan keunikan masing-masing brand. Tujuan utama pelaksanaan co-branding ialah meningkatkan pangsa pasar, menambah aliran pendapatan, serta meningkatkan kesadaran konsumen.

Co-branding melibatkan setidaknya dua merek dalam perusahaan yang berbeda. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memilih mitra co-branding dengan hati-hati dan mewaspadai kemungkinan terjadinya resiko dalam kerjasama. Strategi yang baik ialah meluncurkan suatu produk dan layanan dengan merek bersama secara perlahan sebelum secara resmi mempublikasikan dan memasarkan. Dengan demikian, maka Anda dapat memberi waktu kepada pasar untuk bereaksi terhadap kerjasama tersebut.

Co-branding VS Co-marketing

Co-branding sering disebut memiliki kesamaan konsep dengan co-marketing. Co-marketing merupakan kerjasama dua atau lebih perusahaan untuk mempromosikan suatu produk. Misalnya, penumpang Uber dapat membuat playlist musik di Spotify untuk perjalanan mereka. Disinilah letak perbedaan keduanya, pada co-marketing tidak ada produk baru yang dihasilkan. Sedangkan pada co-branding, ada sebuah produk baru dengan brand gabungan dari kedua atau lebih perusahaan.

Jenis-jenis Co-branding Strategy

Berdasarkan para ahli dalam bidang pemasaran, terdapat empat jenis strategi co-branding antara lain:

  1. Market Penetration Strategy. Strategi ini dilakukan sebagai upaya untuk mempertahankan pangsa pasar dan nama merek yang ada dari dua perusahaan yang bergabung.
  2. Global Brand Strategy. Strategi ini berusaha melayani semua pelanggan dengan satu merek bersama yang sudah ada.
  3. Brand Reinforcement Strategy. Salah satu contoh implementasi strategi ini ialah menggunakan nama merek baru.
  4. Brand Extension Strategy. Pada strategi ini, dua atau lebih perusahaan yang bergabung akan membuat nama merek bersama untuk digunakan di pasar yang baru.

Contoh Penerapan Co-branding Strategy

Berikut ini merupakan contoh-contoh penerapan co-branding strategy yang dapat Anda pelajari:

  1. Taco Bell dan Doritos bekerjasama untuk membuat produk baru yang diberi nama Doritos Locos Tacos. Produk tersebut booming di pasar dan mencapai angka penjualan yang fantastis.
  2. BMW dan Louis-Vuitton bekerjasama dalam membuat empat koleksi koper yang dirancang khusus agar sesuai dengan bagasi BMW i8.
  3. H&M menggandeng desainer terkenal untuk merilis edisi spesial co-branded. Beberapa desainer ternama yang bekerjasama dengan H&M diantaranya adalah Jimmy Choo, Marni, Stella McCartney, Versace, Alexander Wang, dan Balmain.
  4. Nike+ merupakan hasil kolaborasi dari Nike dan Apple. Produk ini merupakan gabungan teknologi pelacakan aktivitas dan perlengkapan atletik dengan aplikasi iPhone dan Apple Watch.
  5. Wall’s Selection Oreo merupakan hasil kolaborasi perusahaan ice cream Wall’s dengan Oreo. Produk ini memiliki banyak peminat dan hingga sekarang masih menjadi menu dengan tingkat penjualan yang baik.
  6. Apple bekerjasama dengan MasterCard untuk merilis Apple Pay. Aplikasi ini memungkinkan seseorang untuk dapat menggunakan kartu kredit atau debit tanpa membawa kartu secara fisik.
  7. Adidas menggandeng Kanye West dan menciptakan brand Yeezy. Produk ini menarik perhatian publik lantaran mengandung kombinasi gaya berpakaian Kanye West dengan merek pakaian atletik.

Peranan Konsumen dalam Co-Branding Strategy

Co-branding strategy merupakan tipe strategi pemasaran yang cukup tricky dalam penerapannya. Ketika Anda salah menentukan partner bisnis maka alih-alih mendapat keuntungan, Anda justru akan menderita kerugian. Agar dapat sukses dalam menerapkan co-branding strategy, Anda perlu memahami bagaimana konsumen mengevaluasi produk co-branding.

Kevin L. Keller (2008) menyatakan bahwa suatu produk hasil co-branding akan dapat bertahan di pasar dan menarik perhatian konsumen apabila:

  1. Konsumen dapat mengenali atau mengingat bahwa suatu brand merupakan anggota dari kategori produk tertentu
  2. Konsumen memiliki kesan yang kuat terhadap brand produk yang melakukan co-branding
  3. Strategi co-branding yang dilakukan oleh perusahaan didukung oleh konsumen
  4. Konsumen menilai bahwa brand perusahaan yang melakukan co-branding memiliki keunikan dan keunggulan kompetitif dibandingkan dengan merek-merek lain
  5. Konsumen berpendapat bahwa suatu brand memiliki kinerja yang baik dan sesuai dengan image produk di mata konsumen
  6. Reaksi positif konsumen terhadap brand tertentu, seperti berupa rasa nyaman, aman, gembira, dan menghargai diri sendiri.

Sukes Menerapkan Co-branding Strategy

Konsumen menjadi kunci penting pelaksanaan co-branding strategy. Bercermin dari perusahaan-perusahaan yang dapat sukses menerapkan co-branding strategy, beberapa memiliki satu kesamaan yakni target konsumen. Jika Anda hendak melakukan co-branding dengan produk perusahaan lain, pastikan Anda memiliki target konsumen yang sama dengan partner Anda.

Anda bisa melihat bahwa kolaborasi sukses BMW dan Louis Vuitton dilatarbelakangi oleh konsumen dengan gaya hidup mewah. Begitupun halnya dengan kolaborasi Taco Bell dan Doritos yang menjadikan pecinta junk-food dan anak muda sebagai target konsumen mereka. Menyatukan target konsumen bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh dua perusahaan. Namun apabila hal tersebut bisa dilakukan, maka Anda dapat menciptakan suatu pasar yang baru untuk produk kolaborasi Anda.

Anda perlu memperhatikan bahwa menggabungkan keunggulan produk Anda dan partner dapat menciptakan keunikan tersendiri dalam produk kolaborasi Anda. Dengan keunikan tersebut, pastikan Anda dapat menjawab kebutuhan konsumen. Keunikan produk dapat menjadi keunggulan kompetitif yang membedakan produk kolaborasi Anda dari produk pesaing.

Dalam rangka memproduksi suatu produk baru sebagai implementasi co-branding strategy, selain partner, Anda juga bekerjasama dengan karyawan. Sistem penggajian karyawan yang tidak efektif seringkali menimbulkan perselisihan antara perusahaan dengan karyawan. Dengan aplikasi JojoPayroll, Anda dapat menghitung gaji bulanan dan harian karyawan secara akurat. Selain itu, Anda juga dapat menghitung PPh 21 dan BPJS secara otomatis dan praktis.

Berikut ini merupakan beberapa fitur andalan lain yang dimiliki oleh JojoPayroll:

  • Laporan kehadiran otomatis sebagai referensi pemberian gaji pada karyawan
  • Kemudahan transfer gaji secara real time pada lebih dari 150 akun bank di Indonesia
  • Slip gaji digital untuk mengurangi penggunaan kertas

Dengan transparansi dan otomatisasi, kini Anda dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Tertarik mencoba? Segera daftarkan perusahaan Anda dan nikmati masa coba gratis sekarang juga!

Agni Haryanto:

This website uses cookies.