Efektivitas Organisasi : Kriteria Pengukuran Keefektifannya

Suatu organisasi didirikan tentu memiliki tujuan yang hendak dicapai. Entah itu kesuksesan finansial atau kebermanfaatannya untuk publik. Dan tentu saja untuk mengetahui tujuan tersebut sudah tercapai atau belum dapat diukur dengan efektivitas organisasi yang ada di perusahaanmu.

Efektivitas organisasi dapat dicapai jika setiap individu atau pun kelompok dalam sebuah perusahaan bisa melakukan setiap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara efektif dan efisien. Konsep efektivitas sebenarnya merupakan konsep yang luas yang melibatkan berbagai faktor di dalam dan di luar organisasi.

Konsep validitas ahli tidak seragam, hal ini disebabkan sudut pandang yang dianut oleh metode disiplin ilmu yang berbeda, sehingga dihasilkan konsep metode pengukuran yang berbeda pula. Namun demikian, banyak ahli dan peneliti telah mengungkapkan bagaimana dan bagaimana mengukur efektivitas.

Meski begitu, mungkin ada sebagian dari kalian yang belum mengetahui apa itu efektivitas organisasi? Oleh karena itu, di dalam artikel ini, kamu akan mempelajari tentang pengertian efektivitas organisasi dan kriteria pengukurannya.

Jadi, bacalah semua artikel ini sampai habis ya! Jangan sampai ada bagian yang terlewat, agar kamu bisa memahami kriteria pengukuran efektivitas organisasi secara utuh menurut para ahli. Yuk kita mulai baca saja artikelnya!

Pengertian Efektivitas Organisasi

Sebelum mempelajari lebih jauh tentang kriteria apa saja yang bisa dijadikan pengukuran efektivitas organisasi atau organization effectiveness suatu perusahaan, kita pahami terlebih dahulu ya terkait pengertian efektivitas organisasi!. Menurut Georgopualos dan Tannebaum dalam Tangkilisan (2005), mengatakan bahwa  mengenai pengertian efektivitas organisasi adalah sejauh mana suatu organisasi yang merupakan suatu sistem sosial.

Dengan segala sumber daya dan sarana tertentu yang telah tersedia untuk memenuhi tujuan-tujuannya tanpa pemborosan dan menghindari ketegangan yang tidak perlu di antara anggota – aggotanya. Jadi, jika disimpulkan efektivitas organisasi adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh unsur-unsur organisasi yang berjalan dengan efektif dan efisien sehingga bisa mencapai tujuan organisasi yang sudah susun sebelumnya.

Pendapat Ahli

Berikut ini adalah definisi pendapat ahli mengenai efektivitas organisasi dan kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan pernyataan mereka:

Gibson (1984: 28) “Validitas adalah latar belakang perilaku organisasi, hubungan antara sifat produksi, kualitas, efisiensi, fleksibilitas, kepuasan, kesempurnaan dan pengembangan.”

Emite Ezioni (1982: 54) Diyakini bahwa “efektivitas organisasi dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan organisasi yang berusaha mencapai tujuan.” Komaruddin (1994: 294) juga mengemukakan bahwa “efektivitas adalah suatu kondisi yang menunjukkan bahwa kegiatan manajemen berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.

Liang G (2000: 24) Ini juga menunjukkan bahwa “efektivitas adalah keadaan atau kemampuan manusia untuk menyediakan penggunaan yang diinginkan.”

Soekarno K. (1986: 42) Yang efektif adalah mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan, dan tidak ada hubungannya dengan tenaga, waktu, biaya, alat, dan alat bekas / bekas lainnya. Artinya konsep efektivitas hanyalah hasil atau tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu konsep efektivitas kinerja organisasi merupakan perwujudan tujuan atau hasil yang dilaksanakan oleh setiap orang.

Menurut pendapat para ahli di atas dapat dilihat bahwa efektivitas merupakan konsep yang sangat penting, karena dapat menguraikan secara garis besar keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya, atau dapat dikatakan efektivitas adalah tingkat pencapaian dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, aktivasi yang telah dilakukan.

Faktor efektivitas organisasi

Efektivitas organisasi dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor dalam budaya organisasi, yaitu partisipasi, adaptasi, misi, dan konsistensi:

Partisipasi

Merupakan cara agar karyawan merasa terlibat dalam aktivitas organisasi, dan dapat menjadikan karyawan bertanggung jawab atas tindakannya (Casida, 2007). Partisipasi adalah kebebasan (kemerdekaan) bagi setiap orang untuk mengemukakan pendapatnya. Selama berkaitan dengan ide-ide yang dapat memajukan dan mengembangkan organisasi atau perusahaan, maka kelompok dan pimpinan organisasi juga harus menghargai partisipasi ini. Partisipasi meliputi 3 (tiga) indikator yaitu Pemberdayaan, Orientasi Tim dan Pengembangan Kapabilitas (Casida, 2007).

Adaptasi

Kemampuan organisasi untuk menjelaskan dampak lingkungannya terhadap organisasi adalah kemampuan organisasi dalam merespon perubahan lingkungan eksternal dengan melakukan perubahan internal organisasi. Denison dan Mirsha (1995) mengemukakan dalam Casida (2007) bahwa kemampuan beradaptasi dapat dilihat dari tiga (tiga) indikator yaitu perubahan (menciptakan perubahan), perhatian pasien (customer attention) dan kondisi organisasi (pembelajaran organisasi).

Misi efektivitas organisasi

Dimensi budaya yang menunjukkan tujuan inti organisasi, tujuan ini menjadikan anggota organisasi tegas dan fokus pada apa yang dianggap penting oleh organisasi. Menurut penelitian Denison (2006), kurangnya organisasi dalam melaksanakan tugas akan mengakibatkan anggota staf gagal memahami hasil yang akan dicapai dan tujuan jangka panjang yang tidak jelas. Denison dan Mirsha (1995) mengemukakan bahwa kemampuan beradaptasi dapat dilihat dari 3 (tiga) indikator, yaitu tiga indikator yaitu fokus dan strategi tetap (arah dan niat strategis), tujuan dan objektivitas (tujuan dan sasaran), visi (Penglihatan).

Konsistensi

Tingkat kesepakatan antar anggota organisasi tentang asumsi dasar dan nilai inti organisasi. Menekankan konsistensi keyakinan, nilai dan sistem simbol yang dipahami dan dimiliki bersama oleh anggota organisasi, dan pelaksanaan kegiatan yang terkoordinasi. Rasa keterikatan karyawan akan menunjukkan apakah terdapat konsistensi dalam organisasi. Ada nilai-nilai kunci; jelas apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan. Konsistensi internal organisasi merupakan dimensi yang menjaga kekuatan dan stabilitas internal organisasi. Denison dan Mirsha (1995) mengemukakan bahwa konsistensi dapat dilihat dari 3 (tiga) indikator yaitu nilai inti, kesepakatan, koordinasi dan integrasi (Koordinasi dan Integrasi).

Kriteria Pengukuran Efektivitas Organisasi

Setelah memahami tentang pengertian efektivitas organisasi, mari kita pelajari lebih lanjut tentang kriteria pengukuran efektivitas organisasi menurut para ahli, yaitu:

Sterss

Sterss dalam Tangkilisan (2005) mengungkapkan ada lima kriteria dalam pengukuran efektivitas organisasi, yaitu:

Produktivitas

Ketika suatu perusahaan mampu menghasilkan sesuatu  untuk perusahaan dalam jumlah yang besar dan mendatangkan hasil atau manfaat bagi perusahaan. Dan juga bisa menghasilkan keutungan yang besar bagi perusahaan.

Kemampuan Adaptasi atau Fleksibilitas

efektivitas organisasi

Ketika setiap unsur dalam perusahaan seperti karyawan, supervisor, manajer, hingga CEO mampu melakukan adaptasi dengan baik. Di samping itu, mereka juga bisa bekerja secara flexibel.

Kepuasan Kerja

Kepuasan dalam bekerja menandakan bahwa perusahaan sudah berhasil dan sukses dalam mencapai tujuan suatu perusahaan. Meski sudah berhasil, perusahaan sebaiknya terus meningkatkan kualitas atau pun kuantitas demi mempertahankan keberhasilannya. Jangan sampai perusahaan terlena dengan kata “puas” lalu tidak melakukan perubahan. Jika seperti itu, bisa-bisa nanti para kompetitor akan membuat inovasi baru yang mengancam perusahaan.

Kemampuan Berlaba

Efektivitas organisasi juga dapat diukur dari kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang banyak bagi perusahaan. itu artinya, perusahaan mampu memproduksi dan menjual barang dengan baik dan benar di tengah persaingan industri yang sangat ketat.

Pencarian Sumber Daya

Perusahaan harus pandai mencari sumber saya yang berkualitas. Entah itu sumber daya alam untuk produksi atau pun sumber daya manusia untuk melakukan proses produksi dan penjualan. Sumber daya yang bagus akan mengahsikkan produk yang berkualitas. Di mana hal tersebut akan sangat bermanfaat untuk perusahaan. Jadi, perusahaan harus jeli dalam proses mencari sumber daya .

Gibson

Gibson dalam Tangkilisan (2005) menyebutkan bahwa efektivitas suatu
organisasi dapat pula diukur berdasarkan:

Kejelasan Tujuan yang Hendak Dicapai

Tujuan dan rencana yang jelas dapat mempermudah perusahaan dan unsur-unsur di dalamnya mengatur strategi untuk mencapai kesuksesan bersama. Perusahaan harus memiliki goal atau target apa saja yang ingin dicapai, bisa dibuat tabel per bulan, per setengah tahun, atau setahun.  Setelah itu perusahaan bisa melakukan evaluasi apakah targetnya sudah tercapai atau belum. Jika banyak target yang tercapai, maka perusahaan bisa mempertahankan strategi yang ada. Namun jika mengalami kegagalan, perusahaan bisa mengubah strategi yang telah ada sebelumnya dan membuat strategi baru. Sehingga diharapkan dengana danya strategi baru tersebut, perusahaan dapat mencapai tujuan dengan baik dan mudah.

Kejelasan Strategi Pencapain Tujuan

Seperti yang tekah dibahas pada poin sebelumnya, setelah memiliki tujuan yang jelas. strategi yang dibuat pun juga harus jelas. Jika perlu strategi tersebut dibuat breakdown satu per satu untuk mempermudah eksekusinya. Setelah di breakdown menjadi turunan-turunan to do list, perusahaan akan lebih terjadwal dan terstruktur dalam pelaksanaan kerja. Sehingga perusahaan pun dapat mencapai efektivitas organisasi 

Proses Analisis dan Perumusan Kebijakan yang Mantap

efektivitas organisasi

Strategi yang telah telah dibuat terkadang bisa berbenturan dengan kebijakan yang sudah sebelumnya. Di sini, peran manajemen yang ada di perusahaan sangat penting untuk mendiskusikannya. Apakah selanjutnya pihak manajemen perusahaan akan mengubah kebijakan atau tetap mempertahankan kebijakan yang ada pada poin tertentu namun mengubahnya pada poin lainnya. Semua itu tergantung kebijakan manajemen perusahaan. Dan tentu saja pertimbangannya harus didasarkan pada kebaikan perusahaan. Manajemen tidak boleh egois, karena yang terpenting adalah membuat perusahaan menjadi sukses. Bukankah begitu?

Perencanaan yang Matang

Merencanakan sesuatu harus jelas, terukur, dan terstruktur. Mengapa begitu? Karena jika rencana kita tidak jelas kita akan bingung bagaimana mengeksekusi rencana yang telah dibuat. Terukur artinya rencana yang kita buat apakah bisa dikerjakan sumber daya yang ada atau tidak? Misal, untuk mencapai produksi 1000 barang dibutuhkan 100 karyawan. Berati HR harus menambah karyawan. Terstruktur artinya, step by step-nya dilalui dengan baik agar tidak terjadi kesalahan yang tidak diinginkan. Misalkan dalam pembuatan sebuah konten, tim program dan manajer komunikasi melakukan rapat terlebih dahulu, kemudian setelah itu manajer komunikasi dan staffnya melakukan rapat kedua untuk mem-breakdown semua rencana dari rapat sebelumnya. Akhirnya, hasil breakdown tersebut pun siap di eksekusi oleh staff.

Penyusunan Program yang Tepat

efektivitas organisasi

Dalam membuat sebuah program kerja perusahaan, tim harus menyusunnya dengan tepat. Semua itu dilakukan agar program berjalan sesuai harapan. Program yang paling penting dan mendesak diurutkan pada bagian awal, kemudian program penting tidak mendesak, dan seterusnya. Penyusunanya pun dilakukan disertai waktu pelaksanaan dan tenggat waktu.

Tersedianya Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana yang bagus tentu akan menunjang kinerja karyawan. Misalnya saja, fasilitas wifi yang lancar maka karyawan pun akan bekerja lebih cepat dan mudah. Apalagi jika perusahaan bergerak dalam bidang digital, ketergantungan akan internet sangat penting

Sistem Pengawasan dan Pengendalian yang Bersifat Mendidik

Kinerja karyawan juga harus diawasi dengan baik. Dan jika terjadi suatu kesalahan, atasan bisa melakukan sesuatu yang mendidik untuk karyawan yang bermasalah.

Sharma

Sharma dalam Tangkilisan (2005) menyatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pengukuran efektivitas organisasi, yaitu:

Kemampuan Adaptasi erhadap Perubahan

Karyawan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan di dalam dan di luar organisasi dengan mudah. 

Tidak adanya Konflik

Tidak terjadi ketegangan di dalam organisasi atau hambatan-hambatan yang ebrasal dari konflik diantara bagian-bagian organisasi.

Metode efektivitas organisasi

Berikut adalah metode yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuan mereka:

Metode pencapaian tujuan

Mengasumsikan bahwa organisasi adalah unit yang memiliki tujuan, rasional dan mencari tujuan. Oleh karena itu pencapaian tujuan sukses menjadi tolak ukur efektivitas yang tepat. Namun, untuk membuat pencapaian tujuan menjadi ukuran efektivitas organisasi yang efektif, asumsi lain harus dipertimbangkan. Pertama, organisasi harus mempunyai tujuan akhir. Kedua, tujuan harus ditentukan dan didefinisikan dengan benar agar dapat dipahami. Ketiga, tujuan-tujuan ini harus diminimalkan untuk memfasilitasi pengelolaan. Keempat, konsensus atau kesepakatan umum harus dicapai untuk tujuan ini.

Metode sistem

Pendekatan sistematis terhadap efektivitas sistem berarti bahwa organisasi terdiri dari sub-bagian yang saling terkait. Jika salah satu subbagian ini berkinerja buruk, itu akan berdampak negatif pada kinerja sistem secara keseluruhan. Efektivitas membutuhkan pengakuan dan interaksi yang berhasil dengan pemilih lingkungan. Manajemen tidak boleh memelihara hubungan baik dengan pelanggan, pemasok, instansi pemerintah, serikat pekerja dan organisasi sejenis, yang dapat mengganggu kestabilan operasional organisasi. Kelemahan yang paling menonjol dari metode sistem adalah hubungannya dengan pengukuran dan apakah metode tersebut benar-benar penting. Jika tujuan akhir sangat kabur atau tidak mungkin diukur, keuntungan akhir dari pendekatan sistem adalah penerapannya.

Metode Konstituensi

Strategi ini memiliki pandangan berbeda tentang organisasi. Asumsikan bahwa organisasi adalah arena politik di mana kelompok kepentingan bersaing untuk menguasai sumber daya. Dalam hal ini, efektivitas organisasi menjadi penilaian sejauh mana organisasi berhasil memenuhi persyaratan konstituen utamanya (yaitu, pihak-pihak di mana organisasi akan bertahan di masa depan). Kerugian dari metode ini adalah bahwa tugas memisahkan distrik strategis dari lingkungan yang lebih besar dalam praktiknya mudah untuk dikatakan, tetapi sulit untuk dilaksanakan. Karena lingkungan berubah dengan cepat, apa yang penting bagi organisasi saat ini mungkin tidak lagi seperti sekarang. Dengan mengadopsi pendekatan konstituensi strategis, manajer mengurangi kemungkinan bahwa mereka akan mengabaikan atau membuat marah kelompok yang kekuatannya sebenarnya dapat menghalangi aktivitas organisasi.

Metode kompetitif

Nilai yang sebenarnya bukan hanya pengakuan atas beberapa pilihan. Metode ini mengasumsikan beberapa opsi. Metode ini mengasumsikan bahwa berbagai opsi dapat digabungkan dan diatur. Pendekatan nilai kompetitif berarti bahwa ada unsur-unsur umum dalam daftar lengkap standar efektivitas organisasi, dan unsur-unsur ini dapat digabungkan untuk membuat satu set tolok ukur nilai kompetitif. Masing-masing kelompok ini membentuk model efektivitas yang unik.

Kesimpulan Efektivitas organisasi

efektivitas organisasiNah, sekarang kamu sudah tahu kan, kriteria apa saja yang bisa mengukur efektivitas organisasi. Sehingga kamu bisa menilai sendiri apakah perusahaanmu sudah efektif atau belum dari kriteria yang ada di artikel ini

Setelah sukses mencapai efektivitas organisasi, kamu juga perlu mengatur keuangan perusahaanmu, terutama pengeluaran perusahaan yang terkadang tidak terdata dengan baik

Jika kamu mengalami kesulitan untuk mengatur pengeluaran perusahaanmu, kamu bisa menggunakan aplikasi JojoExpense untuk membantumu meningkatkan efisiensi manajemen pengeluaran perusahaanmu hingga 76%. Ayo segera gunakan aplikasinya sekarang!