Gaya Kerja Milenial yang Harus Dipahami Pelaku Usaha

Gaya kerja milenial

Pergantian generasi memang merupakan hal yang tak terelakkan. Hal ini akan mempengaruhi segala bidang kehidupan di lingkungan tempat generasi-generasi manusia itu hidup. Salah satunya adalah bidang ekonomi, di mana perusahaan bisnis dikelola oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang merupakan bagian dari generasi manusia.

Masalahnya adalah setiap generasi memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berbeda. Misalnya saja, generasi milenial yang secara nyata merasakan awal mula perkembangan Teknologi Informasi & Komunikasi yang begitu pesat. Hal tersebut membuat generasi ini lebih mahir menggunakan gadget daripada generasi sebelumnya, yang berakibat para millenials melakukan digitalisasi melalui internet pada semua aktivitasnya. Dengan kata lain, para millennials menginginkan segala hal menjadi lebih efisien dan fleksibel dengan memanfaatkan teknologi yang dikuasainya.

Akibat pola pikir baru dari generasi milenial itulah para pengusaha harus mengenali gaya kerja mereka agar dapat memanfaatkan potensinya dengan baik di tengah lingkungan global yang semakin kompetitif ini. Tanpa kebijakan perusahaan yang mendukung gaya kerja milenial, menurunnya produktivitas bahkan hilangnya para pegawai dapat terjadi mengingat SDM di dalamnya merupakan bagian dari generasi milenial.

Nah, sebelum mengenal gaya kerja milenial, Anda harus memahami terlebih dahulu apa itu Generasi Milenial.

Mengenal Lebih dalam Generasi Milenial

Contoh Generasi Milenial

Dilihat dari tahun lahirnya, generasi milenial lahir pada rentang tahun 1980-an hingga 1990-an. Artinya, generasi yang dapat dikategorikan sebagai millennials berdasarkan teori Bencsik dan Machova (2016) adalah Generasi Y yang lahir pada tahun 1981-1994 dan Generasi Z yang lahir pada tahun 1995-2010. Adapun karakteristik dari kedua generasi tersebut, yaitu:

1. Generasi Y (1981-1994)

Generasi ini dikenal dengan permulaan timbulnya generasi milenial. Karakteristik generasi ini dipengaruhi oleh perkembangan Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK) seperti email, SMS, dan media sosial. Mereka yang berasl dari generasi ini merasakan perubahan signifikan dari lingkungan sebelumnya. Yakni dengan dipenuhi oleh teknologi-teknologi baru khususnya di bidang informasi dan komunikasi.

2. Generasi Z (1995-2010)

Generasi Z biasa juga disebut Generasi Internet karena kemahirannya menggunakan internet. Pada dasarnya, Generasi Z memiliki karakteristik yang mirip dengan Generasi Y. Namun, perbedaannya adalah Generasi Z mampu melakukan segala kegiatan pada waktu yang sama (multitasking), seperti browsing, mendengarkan musik, dan bermain sosial media. Hal ini dikarenakan Generasi Z sudah sangat akrab dengan gadget canggih sejak kecil.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembeda generasi milenial dengan yang sebelumnya terletak pada pengetahuan dan pengalamannya dalam mengenal dan menguasai Teknologi Informasi & Komunikasi yang kekinian. Hal ini tentu mempengaruhi gaya kerja para millennials. Terlihat pada penjelasan Generasi Z, bahwa mereka mampu melakukan segala kegiatan pada waktu yang bersamaan mulai dari hal-hal kecil, misalnya browsing sambil mendengarkan musik. Gaya kerja baru ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan (bisnis) di mana pegawai milenial mahir melakukan multitasking

#1 Aplikasi HR Suites di Indonesia

  • Isi form berikut ini untuk mendapatkan demo gratis aplikasi HRIS hari ini.
  • This field is for validation purposes and should be left unchanged.

Gaya Kerja Milenial dan Budayanya

Cara Kerja Generasi Milenial

Style dan budaya kerja milenial di bawah ini mungkin sudah menjadi kebiasaan Anda juga dalam melakukan pekerjaan sehari-hari di rumah. Yuk, langsung simak apa saja sih gaya atau budaya kerja para millennials

1. Pemimpin yang teladan dan tidak bossy adalah kesukaan para millennials

Semua generasi sebelumnya akan setuju bila pemimpin haruslah memiliki karisma dan otoritas yang begitu kuat sehingga patut dikagumi. Hal ini berbanding terbalik dengan tipe pemimpin kesukaan millennials, yakni haruslah teladan dan tidak bossy

Perkembangan teknologi canggih yang meningkatkan transparansi di segala bidang kehidupan membuat idealisme pemuda generasi milenial menjadi menggebu-gebu. Terlebih lagi, bahwa idealisme adalah kemewahan terakhir dari pemuda. Hal ini terlihat dari tuntutan pegawai milenial bahwa pemimpin haruslah teladan, termasuk di dalamnya yaitu transparan dan berintegritas tinggi. Selain itu, pegawai milenial juga lebih menyukai pemimpin yang berbaur secara ramah dengan bawahan alias tidak bossy. Jadi, Anda harus menjadi sosok pemimpin yang baik dan tidak bossy agar dapat merangkul pegawai milenial, ya! 

2. Pegawai milenial tidak terlalu memperdulikan garis hierarki

Hal menarik lainnya dari budaya kerja milenial adalah mereka menganggap garis hirarki dalam organisasi/perusahaan hanyalah sebuah formalitas. Jika pemimpin saja dituntut tidak bossy dan berbaur dengan mereka, maka bukanlah hal yang aneh jika para milenial juga menuntut organisasi yang tidak terpaku pada garis hierarki atau tidak birokratis.

Ini terjadi bukan tanpa alasan, transparansi yang meningkat pesat dan kepercayaan diri seorang milenial membuatnya menginginkan berkolaborasi dengan setiap rekan kerja yang dirasa cocok serta potensial memberikan hasil yang baik tanpa harus terikat garis hierarki. Ketergantungan generasi milenial pada sosial juga menjadi faktor lainnya. Jadi, buatlah struktur perusahaan sedemikian rupa agar lebih fleksibel sehingga pegawai milenial betah bekerja di perusahaan.

3. Gaya kerja milenial lebih menyukai tantangan

Diam di zona nyaman tampaknya bukan gaya kerja milenial. Mereka cenderung menyukai tantangan dalam bekerja. Tidak heran jika pegawai milenial mudah sekali bosan dengan rutinitas pekerjaan yang “begitu-begitu saja” sehingga membuat banyak perusahaan kehilangan pegawai secara cepat. Sifat haus akan peningkatan skill membuatnya ingin terus mencari pengalaman baru.

4. Pekerja keras dan positive-thinker

Sifat haus akan peningkatan skill tadi membuat para milenial bekerja keras demi mendapatkan pengalaman baru dan mencapai apa yang diinginkannya. Selain itu, kebiasaan berusaha berpikir positif juga mendorong sifatnya yang pekerja keras menjadi optimal. Oleh sebab itu, buatlah sistem kerja terbaik bagi para milenial agar mereka termotivasi untuk bekerja keras di perusahaan Anda, ya.

5. Harus bekerja di lingkungan kerja yang nyaman

Tempat kerja yang nyaman akan menjadi salah satu pertimbangan seorang pegawai bertahan atau tidak dari pekerjaan yang sedang digelutinya. Keadaan dan fasilitas tempat kerja seperti kursi yang nyaman, pencahayaan yang cukup, WiFi access, dapur pegawai, ruang terbuka, area merokok, hingga estetika tempat kerja yang Instagramable menjadi objek penilaian tersendiri bagi pegawai milenial terhadap layak atau tidaknya suatu pekerjaan untuk dipertahankan. 

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa pegawai milenial mudah bosan sehingga perlu disediakan fasilitas agar mereka dapat mengganti-ganti suasana kerja seperti dengan diadakannya taman di halaman tempat kerja. Minimal, berilah fasilitas agar mereka dapat istirahat dengan nyaman dari pekerjaannya, seperti televisi. 

Tidak hanya lingkungan fisik, hubungan antar rekan kerja yang nyaman juga menjadi penentu loyalitas para millennials bertahan di perusahaan Anda. Oleh sebab itu, pastikan pegawai yang diterima memiliki kecerdasan emosional yang baik dan sistem kerja yang diterapkan sudah adil agar setiap pegawai dapat bekerja sama dan suportif satu sama lain.

6. Menyukai fleksibilitas waktu

Para milenial yang mahir menggunakan internet itu akan merasa pekerjaan apapun seharusnya dapat dikerjakan di mana saja dan kapan saja. Oleh sebab itulah perusahaan startup pada umumnya memberikan kelonggaran agar pegawainya dapat menyelesaikan pekerjaan di mana saja dan waktu kerja yang begitu fleksibel. Hal ini dilakukan agar perusahaan mendapatkan keuntungan atas kreativitas para milenial yang luar biasa. Sedangkan ide-ide kreatif itu dapat muncul kapan saja, bahkan tengah malam sekali pun.

7. Senantiasa mengandalkan gadget

Yup, gadget digunakan dalam berbagai hal oleh generasi milenial, termasuk pekerjaannya. Gadget ini dapat digunakan oleh millennials sebagai bahan mencari ide (melalui internet), menyelesaikan pekerjaan, berkomunikasi/berkoordinasi dengan klien, dan masih banyak lainnya. Oleh sebab itu, buatlah sistem kerja yang dapat dilakukan melalui gadget. Selain memenuhi gaya kerja milenial, kerja menggunakan gadget juga akan jauh lebih efisien.

Kesimpulan

JojoTimes

Nah, dari uraian di atas dapat diketahui bahwa gaya kerja milenial cenderung fleksibel dan efisien. Salah satu alat untuk mewujudkan fleksibilitas dan efisiensi kerja itu adalah dengan menggunakan gadget yang menjadi andalan para milenial. Gadget memanglah belum seutuhnya mempermudah urusan manusia, tetapi masih terus dikembangkan secara pesat.

Alhasil, kini aplikasi JojoTimes hadir dan dapat dipasang di gadget Anda untuk membantu meningkatkan fleksibilitas dan efisiensi pengelolaan perusahaan yang manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh pengelola tapi juga pegawai.

Beberapa fitur menarik dalam aplikasi JojoTimes, misalnya Mobile Check In & Check Out, Accurate GPS location via Geotagging, dan  Fingerprint Feature yang kesemuanya dapat mempermudah Anda (pengelola) untuk mengawasi kehadiran serta gerak-gerik pegawai. Adapun keuntungan yang bisa didapatkan dari aplikasi ini, yaitu pemantauan real-time secara akurat, approval kapan pun dan dimana pun, sistem kehadiran terintegrasi, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Dengan demikian, otomatis pegawai juga dipermudah karena dapat memenuhi kehadiran secara fleksibel serta tempat kerja tidak lagi harus menetap karena perusahaan dapat memantau dimanapun pegawainya bekerja. Sangat sesuai dengan gaya kerja milenial! Tunggu apa lagi? Yuk, coba gratis / free trial aplikasi JojoTimes dan rasakan manfaatnya bagi perusahaan Anda!